Pimpinan : Uju
Desa Dungusiku Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut
Badingkut adalah bubututan, atau raradutan. Mengapa disebut badingkut ? karena alat alat yang dipergunakan hampir semuanya terdiri dari peralatan yang sudah rusak atau sudah tidak terpakai lagi (bisa juga disebut musik sampah). Seni Badingkut termasuk pada jenis kesenian yang termasuk pada kategori perkusi.
Instrumen perkusi pada dasarnya merupakan benda apapun yang dapat menghasilkan suara baik karena dipukul, dikocok, digosok, diadukan, atau dengan cara apapun yang dapat membuat getaran pada benda tersebut. Istilah instrumen perkusi biasanya digunakan pada benda yang digunakan sebagai pengiring dalam suatu permainan musik
Seni Badingkut tubuh dan berkembang di Desa Dungusiku Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut dan dipimpin oleh Bapak Uju.
Seni Badingkut diciptakan oleh Oya Sukarya (waktu itu Pa Oya masih jadi Mahasiswa UPI Bandung, sekarang Pa Oya sudah menjadi Dosen UPI Bandung). Pada waktu KKN di Desa Dungusiku minim sekali Seni Tradisional, maka ada ide untuk membuat seni pertunjukkan dengan memanfaatkan non Gamelan dengan kata lain alat alat yang tidak bernada. Maka dalam proses latihannya Pa Oya dan Pa Uju (tokoh seni di Desa Dungusiku) mulai mencari dan memanfaatkan barang barang bekas yang bisa dibuat alat musik (ember, panic, katel dll).
Sekarang Seni Badingkut ini diteruskan oleh Bapak Uju dan masyarakat Dungusiku untuk mengusung agar Seni Badingkut menjadi seni unggulan Kabupaten Garut.