Artikel Blog

Bangklung

Pimpinan : Bapak Adjuk
KP. Babakan Garut Desa Cisero Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut

“Bangklung” merupakan salah satu jenis kesenian tradisonal yang bernafaskan Isalam. Bentuk kesenian ini lahir, tepatnya di daerah Babakan Garut Desa Cisero Kecamatan Cisurupan.

Sehubungan dengan penduduk di daerah itu mayoritas beragama islam, maka bentuk kesenian yang lahir pun tidak terlepas dari pengaruh keagamaan yang dianut masyarakatnya. Sehingga selain berfungsi sebagai bentuk hiburan, seni Bangklung juga di pergunakan untuk media dakwah.

Pada awalnya tersebutlah dua orang tokoh yang bernama Eyang Jangkung dan Pak Nurhiam yang berasal dari daerah Sukapura, dimana daerah tersebut memiliki bentuk kesenian yang bernama Yami Rudat, yaitu semacam tagoni dengan lagu  lagu yang syairnya berisikan  sanjungan dan puji-pujian Kepada Nabi Muhammad SAW, yang bersumber dari Kitab Banzanji.

Dalam penampilannya, Yami Rudat ini dilengkapi dengan tari-tarian rakyat yang gerakannya bersumber pada pecak silat. Salah seorang tokoh yang terkenal saat itu bernama Mad Amsir. Dalam perkembangannya kemudian, mereka menciptakan alat musik (waditra) baru yang mirip dengan rebana  yang kemudian disebut “ terebang”  terdiri dari 5 (lima) buah dan masing-masing diberi nama :

  • Kesatu    disebut Kempring
  • Kedua     disebut Tempas
  • Ketiga     disebut Bangsing
  • Keempat disebut Indung, dan
  • Kelima    disebut Anak.

Penampilan Kesenian Terbang diperbaharui menjadi suatu bentuk kesenian baru yang disebut “Nyalawat”, disebut demikian karena mereka menyanyikan shalawat Nabi.

Pada waktu itu terdapat 2 (dua) kelompok kesenian terebang yang masing masing beranggotakan 8 (delapan) orang, yaitu :

  1. Kelompok pimpinana H. Ma’sum.
  2. Kelompok pimpinana Aki Majusik.

Disamping kesenian tersebut, di daerah itu juga berkembang kesenian lain yang disebut “Angklung Badud” dengan tokohnya Aki Madsurpi dan Aki Muntasik. Waditra atau alat musiknya brupa Angklung yang terdiri dari 9 (Sembilan) buah dimainkan oleh 5 (lima) orang.

Pada era tahun 1900-an kedua jenis kesenian ini, yakni terebangan dan Anglung Badud, dalam permainannya dicoba dipadukan dan dipertunjukkan pada acara-acara, antara lain,

  • Upacara Ngakut Pare dan Ampih Pare (sehabis panen)
  • Upacara Ngaleunggeuh (ngarak anak yang akan di khitan)
  • Upacara ngarak Panganten
  • Upacara Miceun Runtah (sehabis hajatan)
  • Upacara Pesta Raja (menyambut tamu-tamu resmi atau pejabat)
  • Kegiatan di arena untuk memeriahkan permainan layang-layang.

dan ternyata mendapat sambutan yang cukup baik dari penonton dan masyarakat.

Pada sekitar tahun 1968, tepatnya tanggal 12 desember, atas kesepakatan dan mufakat dikalangan para pendukung kesenian ini serta para seniman lainnya dicetuskan nama “ Bangklung” untuk bentuk kesenian daerah/tradisional ini, yang merupakan nama gabungan dari waditra utamanya yaitu Terebang dan Angklung.

Sejak masa awal kelahiran bentuk kesenian Bangklung ini dan dalam perkembangannya kemudian telah banyak mendapatkan pembinaan dan peningkatan, baik dari pimpinan kesenian itu sendiri maupun dari instansi pemerintah terkait, diantaranya re-generasi pemain sehingga para pemainnya tidak saja yang sudah berusia lanjut tapi para remaja pun mamapu memainkannya, kemudian penambahan jumlah dan memperlengkapi Waditra, penampilan dengan pakaian yang lebih seragam dan sajian lagu-lagu baru.

Adapun alat yang digunakan dalam kesenian Bangklung terdiri dari beberapa waditra (alat music), yakni :

  1. Terebang atau terbang yang merupakan jenis alat music pukul dengan bahan utamanya terbuat dari kayu, Rotan dan Kulit Kambing atau Domba. Pada bentuk kesenian Bangklung, waditra bernama Terebang ini meski bentuknya sama namun terdapat 5 (lima) buah dengan bentuk dan ukuranyang berbeda serta masing-masing memiliki nama : Terebang anak, Terebang Kempring, Terebang Tempas, Terebang Bangsing dan Terebang Indung yang berfungsi sebagai Goong.
  2. Angklung merupakan jenis alat music yang terbuat dari bamboo serta Rotan, dengan cara membunyikan diguncangkan. Pada kesenian Bangklung ini terdapat 9 (Sembilan) buah Angklung dengan nama dan ukurannya masing-masing:
  • Dua buah Angklung Ambruk, dan Empat buah Angklung Reol
  • Dua buah Angklung Tempas/pancer, dan satu Angklung Engklok
  1. Tarompet atau terompet merupakan alat musik Aerophone atau waditra tiup yang terbuat dari kayu jati dan tempurung kelapa, serta mempunyai lubang 7 (tujuh) dan pada bagian ujungnya diberi lawong (kucubung) semacam pengeras suara yang berfungsi pembawa lagu.
  2. Waditra lain sebagai tambahan, yakni 3 (tiga) pasang Batok kelapa dan 2 (dua) buah Keprak terbuat dari bamboo.

Adapun jenis lagu-lagu yang dibawakan, antara lain : Lagu Anjrong yang diselingi dengan beluk, Lagu Kacang Buncis, Lagu Ya Maola (diambil dari kitab Barzanji), dan Lagu Soleang. Pada lagu Ya Maola dan Soleang waditra yang dipergunakan hanya Terebang saja. Adapun jumlah pemain Bangklung seluruhnya 27 orang, yang masing-masing membawa alat : Terebang, Angklung, Beluk (vocal), terompet, Keprak dan seorang Bodor.