Tempat dan Tanggal Laporan Karya Budaya
Tempat : Desa Mekarmukti, Kec. Talegong, Kab.Garut
Tanggal : September 2013
Sejarah Singkat Karya budaya
Wayang merupakan bentuk teater rakyat yang sangat popular. Belum ada penjelasan ilmiah kenapa disebuit wayang. Wayang sering dihubungkan dengan kata”bayang”, dalam pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, di layar muncul bayangan-bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Disebut wayang golek karena boneka wayang terbuat dari kayu dan kepalanya bisa bergerak ke kiri ke kanan. Di Jawa Barat ada dua macam wayang golek, golek papak (cepak, tidak memakai mahkuta). Dua-duanya dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan, mengatur lagu dan lain-lain. Wayang golek mengambil cerita Mahabarata dan Ramayana, baik lakon galur (cerita asli) maupun carangan (karangan). Pada wayang cepak, lakonnya diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam, dan cerita Panji. Kapan wayang masuk ke tatar Sunda, banyak orang menghubungkannya dengan wali, akan tetapi orang mengenal cerita Ramayana dan Mahabarata semenjak orang-orang India datang dan menetap di India. Menjadi pertunjukan teater karena direfitalisasi oleh para wali yang memakai media wayang dalam menyebarkan agama Islam.
Kategori Karya budaya
seni pertunjukan, termasuk seni visual, seni teater, seni suara, seni tari, seni musik, film
Deskripsi Singkat Karya budaya yang dilaporkan saat ini
Wayang golek merupakan jenis kesenian yang cukup popular di Tatar Sunda. Dipentaskan siang dan malam. Wayang sering dikatakan diambil dari kata bayang, karena wayang dianggap “bayang-bayang” kehidupan manusia. Cerita wayang diambil dari Mahabarata dan Ramayana yang dalam agama Budha dianggap sumber ajaran moral. Meskipun demikian oleh para wali, konon oleh Sunan Kalijaga, wayang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi media dalam menyebarkan agama Islam dan dijadikan seni pertunjukkan. Tidaklah heran kini cerita wayang sangat kental ajaran Islamnya, tak jarang dalang menyelipkan dakwahnya. Gamelan yang mengiri pertunjukan wayanng berlaras salendro, terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab. Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an. Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1) Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan bebegalan; 3) Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan; 7) Perang kembang; 8) Perang raket; dan 9) Tutug.
Kondisi Karya budaya Saat ini
Sedang Berkembang
Upaya Pelestarian/Promosi Karya budaya selama ini
Promosi langsung, promosi lisan (mulut ke mulut)
Pertunjukan seni, pameran, peragaan/ demonstrasi
Menurut guru/maestro, komunitas atau perseorangan pemangku karya budaya, bagaimana cara-cara terbaik (Best Practices) untuk melestarikan dan mengembangkan karya budaya yang bersangkutan?
Pembinaan terhadap dalang harus semakin ditingkatkan, agar para dalang tetap eksis di masyarakat.Biar bagaimana pun juga pertunjukkan wayang harus mengikuti keadaan masyarakatnya.