Artikel Blog

BUNCIS

Pimpinan : Acu
Kp. Paseh Tengah Desa Panjiwangi Kecamatan Tarogong Kaler 
Kabupaten Garut
 

Seni Angklung Buncis merupakan salah satu jenis kesenian untuk keperluan ritual pada upacara-upacara tertentu, dipergunakan sebagai  pernghormatan kepada Dewi Sri. Seni Buncis ini berasal dari berasal dari Kecamatan Terogong kaler, tepatnya di kp. Paseh Tengah Desa Panjiwangi Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut dibawah pimpinan Acu.

Angklung Buncis merupakan Jenis Kesenian tradisional untuk Upacara Turun Mandi dan Gusaran. Upacara Turun Mandi dan Gusaran biasanya dilaksanakan secara bersamaan artinya apabila ada Upacara Turun Mandi yaitu sebelum anak laki-lakinya di khitan maka adiknya/kakaknya yang perempuan melaksanakan Gusaran Turun Mandi ialah upacara memandikan anak yang akan di khitan/disunat dan sebelumnya diarak mulai dari rumah sampai ke tempat pemandian. Dulu sebelum ada kendaraan bermotor/mobil anak yang mau di khitan dan para pengiringnya naik Delman.

          Di depan Delman/mobil didahului dengan kesenian Angklung Buncis untuk menghibur anak yang akan di khitan . Kesenian ini terdiri dari iringan lagu dengan Angklung dan tabuhan lain seperti Kendang dan Dogdog. Diiringi oleh Penari dan Badut yang memakai topeng berbentuk binatang dan Kuda Lumping. Setelah sampai di tempat pemandian biasanya di Sumur Siuh anak yang akan di khitan akan dimandikan oleh Paraji .

Anak yang akan di gusar juga akan digusar pada waktu itu yaitu dengan cara digosok-gosok giginya dengan uang ringgit (uang Belanda) oleh Paraji selain gigi, lidahnya juga digosok dengan uang ringgit itu, maksudnya agar si anak tidak berbicara atau makan yang tidak baik. Kelengkapan yang disediakan diantaranya : Telur Ayam, Air Putish, Bunga-Bungaan (7 warna), Sesajian dan Uang Ringgit. Setelah selesai, diadakan do’a bersama yang dipimpin oleh “Amil” (Yang akan mengkhitan) agar pelaksanaan khitanan berjalan lancar dan mendapat keselamatan khususnya bagi anak yang akan di khitan dan yang akan di gusaran umumnya bagi peserta upacara.

 Pada mulanya buncis digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini berhubungan dengan semakin berubahnya pandangan masyarakat yang mulai kurang mengindahkan hal-hal berbau kepercayaan lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai berakhirnya fungsi ritual buncis dalam penghormatan padi, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu tempat-tempat penyimpanan padi pun (leuit; lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk, diganti dengan tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. Padi pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak disimpan di lumbung. Dengan demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) tidak diperlukan lagi.

Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat, yaitu cis kacang buncis nyengcle..., dst. Teks tersebut terdapat dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis.

Instrumen yang digunakan dalam kesenian buncis adalah 2 angklung indung, 2 angklung ambrug, angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok. Kemudian 3 buah dogdog, terdiri dari 1 talingtit, panembal, dan badublag. Dalam perkembangannya kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal bisa berlaras madenda atau degung. Lagu-lagu buncis di antaranya: Badud, Buncis, Renggong, Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela, Mega Beureum. Sekarang lagu-lagu buncis telah menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang tadinya laki-laki pemain angklung, kini oleh wanita khusus untuk menyanyi.

Dari beberapa jenis musik bambu di Jawa Barat (Angklung) di atas, adalah beberapa contoh saja tentang seni pertunjukan angklung, yang terdiri atas: Angklung Buncis (Priangan/Bandung), Angklung Badud (Priangan Timur/Ciamis), Angklung Bungko (Indramayu), Angklung Gubrag (Bogor), Angklung Ciusul (Banten), Angklung Dog dog Lojor (Sukabumi), Angklung Badeng (Malangbong, Garut).