Lokasi Kampung Ciakar, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
Candi Cangkuang berdiri diatas puncak Bukit Pulo Panjang. Berukuran 4,5 x 4,5 m2 dengan pintu Candi menghadap ke Timur. Untuk mencapai pintu candi harus menaiki 10 anak tangga.Didalam Candi terdapat sebuah Patung Syiwa sedang duduk bersila dalam posisi menunggang NANDI (Nandi adalah seekor sapi yang merupakan kendaraan Dewa Syiwa dalam Agama Hindu). Patung yang dapat dipindahkan ke tempat lain tersebut menyatu dengan lempengan penutup sumur yang ada di dalam candi.
Jika patung diangkat, maka akan tampak sumur candi yang dalam dan gelap (konon dalamnya sumur tersebut mencapai 7 meter). Sumur ini dulunya berfungsi sebagai tempat penyimpanan abu jenazah.
Candi Cangkuang ditemukan oleh salah satu tim sejarah Leles, yang dipimpin oleh Bapak Drs. Uka Tjandrasasmita sekitar tahun 1966 berdasarkan tuntunan dari laporan buku karya Voderman (orang Belanda) berjudul : “Notulen van bet bataviaasch Genootschap” yang ditulis pada tahun 1983. Sejak ditemukannya Candi tersebut sudah mengalami pemugaran yaitu pada tahun 1976 yang dilakukan oleh Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional melalui Proyek Pelita. Setelah dipugar Candi Cangkuang memiliki tinggi 8,5 meter terbuat dari bahan batu andersit.
Candi Cangkuang merupakan bangunan yang diperkirakan peninggalan abad VII – VIII M. Perhitungan tahun ini didasarkan pada perhitungan usia kelapukan batu candi dan relief garis candi yang masih sederhana. Diperkirakan pula candi tersebut berasal dari zaman Kerajaan Sunda Galuh yang berfungsi sebagai tempat perabuan dan atau tempat pemujaan Agama Hindu Syiwa.
Candi Cangkuang sebagai Culture Hiritage tinggalan periode klasik (Hindu) perlu dipelihara dan dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting dari aspek kesejarahan, keindahan, etnologi ataupun antropologi.