Artikel Blog

SASAKALA PAMEUNGPEUK

Tempat dan Tanggal Laporan Karya Budaya

Tempat: Desa Pameungpeuk Kec. Pameungpeuk

Tanggal:  23 September  2013
Sejarah Singkat Karya budaya 

Tersebutlah sebuah kerajaan di kaki Gunung Nagara sebelah selatan. Kerajaa Bones namanya. Setelah rajanya yang pertama, Prabu Gesan Ulun, meninggal dan dimakamkan di Ci Lauteureun, kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Arbawisesa, putra tertua Prabu Geusan Ulun. Seperti ayahnya, Arbawisesa pun memimpin kerajaan Bones dengan sangat baik. Adil bijaksana. Kerajaan senantiasa aman tenteram gemah ripah loh jinawi.

Diceritakan, pada suatu malam Prabu Arbawisesa bermimpi. Dalam mimpinya, Prabu Arbawisesa melihat makam ayahnya terendam luapan air sungai Ci Lauteureun, yang airnya datang dari aliran sungai Ci Mandalakasih. Setelah mencerna dan memaknai mimpi tersebut, Arbawisesa sampai pada satu keputusan. Dirinya harus menutup aliran sungai Ci Mandalakasih yang mengarah ke Ci Lauteureun, dan mengalihkan alirannya.

Bersama para ponggawa dan rakyatnya, Arbawisesa mulai menyusuri sungai Ci Mandalaksih. Hingga di sekitar Cikoneng sekarang, Arbawisesa menghenikan rombongan. Ia memutuskan untuk menutup dan mengalihkan aliran sungai Ci Mandalakasih di daerah tesebut, dengan alasan daerah di sebelah timur tampak lebih landai. Arbawisesa segera memerintahan rombongan untuk mengumpulkan batu-batu besar dan menyusunnya menjadi semacam bendungan, di tempat yang ditunjukkan Arbawisesa. Proses membendung dilakukan dari dua sisi sungai mengarah ke tengah. Ternyata bendungan yang dibuat para ponggawa itu masih menyisakan celah besar di tengah sungai yang berarus deras. Dengan kesaktiannya, Arbawisesa mengambil satu batu berukuran sangat besar, dan menyumbat (dalam bahasa sunda istilahnya meungpeuk) celah tersebut. Dan berhasil. Sungai Ci Mandalakasih sudah dipeungpeuk, dan airnya terbendung. Sejak saat itu, daerah tersebut dikenal dengan nama Batu Pameungpeuk, yang kemudian berubah menjadi Pameungpeuk.

Untuk membuat kamalir (jalan air) bagi aliran sungai yang baru, dengan kesaktiannya lagi, Arbawisesa menggariskan tongkatnya ke arah timur. Serta merta, air sungai Ci Mandalakasih mengalir deras mengikuti arah yang digariskan tongkatnya. Pada saat itu, banyak ponggawa yang labuh (terjatuh) akibat terseret arus baru sungai Ci Mandalakasih. Maka sungai baru itupun dinamai Ci Palebuh
Kategori Karya budaya 

tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana  warisan budaya tak benda, termasuk cerita rakyat, naskah kuno, permainan tradisional
Deskripsi Singkat Karya budaya yang dilaporkan saat ini

Legenda Pameungpeuk merupakan asal-usul nama Pameungpeuk. Sebelumnya tempat ini bernama Nagara. Geusan Ulun raja Sumedanglarang yang mewarisi daerah kekuasaan Pajajaran ingin mendirikan kota pelabuan, karena pelabuan Cirebon sudah dikuasi Cirebon dan Sundakelapa sudah dikuasi Banten. Untuk mendirikan kota pelabuan ini Geusan Ulun memerintahkan untuk membelokan aliran Ci Mandalakasih ke sebelah timur dengan cara membendung aliran sungai atau dalam bahasa Sunda meungpeuk dengan batu-batu yang besar. Daerah yang tadinya dilewatai Ci Mandalakasih menjadi ramai, bukan lagi sebagai kampung, dan lama kelamaan dinamakan Pameungpeuk yang artinya alat meungpeuk.
Kondisi Karya budaya Saat ini

Sudah berkurang
Upaya Pelestarian/Promosi Karya budaya selama ini 

Belum ada upaya untuk pelestarian/promosi karya budaya ybs.
Menurut guru/maestro, komunitas atau perseorangan pemangku karya budaya,   bagaimana cara-cara terbaik (Best Practices) untuk melestarikan dan mengembangkan karya budaya yang bersangkutan? 

Perlu dicatat, didokumentasikan dalam bentuk tertulis, agar bisa dibaca dan diketahui oleh generasi-generasi yang akan datang. Bila perlu disampaikan di sekolah-sekolah.