Artikel Blog

UPACARA  NGEBAKEUN PUSAKA  DI MAKAM PANGERAN PAPAK

Bulan Maulud adalah merupakan bulan yang sayarat dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksakan oleh komunitas adat untuk melaksanakan salah satu kegiatan Wisata Religi (Wisata Budaya)yaitu pelaksanaan Upacara Tradisional yang dilaksakan di berbagai makam keramat.

 Satu lagi kegiatan Upacara Tradisional yang sampai saat ini masih bisa kita lihat, yaitu pelaksanaan Upacara Tradisional di makam Rd. Wangsa Muhammad atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran  Papak.

Selintas tentang keberadaan Makam Pangeran Papak. Makam Pangeran papak tepatnya terletak di Kp. Serang Desa Cinunuk Kecamatan Wanaraja  Kabupaten Garut.

  Menurut cerita sesepuh Cinunuk (Ny. Rd. Hasmuah Alm) bahwa nama Cinunuk ini asalnya diambil dari kata” Cindek” atau duduk yang artinya menetap kemudian berubah menjadi Cinunuk. Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa nama Cinunuk ini di ambil dari kata ”Cai” (air) dan pohon “Nunuk”, karena pada jaman dahulu di daerah ini terdapat banyak muara air yang kesemuanya itu bersumber dari dataran tinggi (daerah bukit/pasir), sedangkan daerah bukit/pasir ada sebuah pohon nunuk, dan di bawah pohon tersebut keluar sumber air, selanjutnya mengalir menembus ke bawah tanah  yang akhirnya sampailah ke sebuah daerah.

Di Kampung ini pada jaman dahulu menetap salah seorang Kyai (Sunan) yang bernama RD WANGSA MUCHAMAD atau dengan sebutan SUNAN PAPAK atau juga disebut PANGERAN PAPAK.Rd Wangsa Muchamad dilahirkan di kampung Cinunuk, Wanaraja Garut.Beliau adalah putra Rd Muchamad Djoewari putra nomor tujuh (bungsu) dari seorang ibu yang bernama Ny.Rd.St Indjang.

          Menurut silsilah atau asal usul Pangeran papak adalah  keturunan dari PRABU BANJARAN SARI atau Prabu Siliwangi Pajajaran, dari seorang ibu (istri) di Kraton Kerta Rahayu Balubur Limbangan bernama RATU AYU RAMBUT KASIH atau sebutan lain putri Buni Wangi. 

Rd. Wangsa Muchamad adalah salah seorang Sunan yang adil dan bijaksana dalam ajarannya beliau sering mengungkapkan ”Guru Ratu Atuo Karo Wajib Sinembah“ yang artinya kepada guru, pemimpin dan terutama kepada orang tua kita harus selalu menghormati untuk menunjuk pada jalan yang bahagia dan selamat dunia akhirat. Beliau tidak pernah membeda bedakan tentang derajat manusia maka dengan demikian beliau mendapat sebutan atau julukan dari masyarakat luas bernama ”Sunan Papak” atau pangeran papak artinya seorang yang berbudi luhur dan tidak pernah membeda bedakan harkat derajat manusia. Agar hatinya selalu tetap gembira maka dalam kehidupan sehari-hari beliau menyenangi bidang kesenian, di samping itu merupakan kegemaran juga dijadikan suatu jalan untuk menyampaikan ajarannya (Agama Islam), melalui pergelaran seni diantaranya : Wayang Golek, Reog, Pantun, Wawacan (beluk), Tembang, Karinding, Terbangan, Tari,, salah satu kesenian hasil karya beliau yang sampai sekarang masih tetap ada yaitu seni Boboyongan (Surak Ibra)

 Disamping menggemari bidang kesenian beliau senang menunggang kuda selain hobi pada waktu itu kuda merupakan salah satu alat transportasi untuk berkomunikasi jarak jauh, kuda yang disenanginya di beri nama ”Dawuk Ruyung” yang dilengkapi dengan peralatan Sadel (sela) dan suling yang berfungsi sebagai pengendali dimana seandainya kuda berada dalam keadaan tidak seimbang. 

Beliau wafat pada malam selasa tanggal 17 sapar 1317 H atau tahun 1898 dan dimakamkan di pemakaman Cinunuk Hilir. Dan kudanya pun hilang.Sampai saat ini sadel (sela) dan suling masih tetap ada di Cinunuk Hilir dan merupakan barang bukti peninggalan sejarahnya.

 

 

RANGKAIAN KEGIATAN  UPACARA NGEBAKEUN PUSAKA.

Upacara Ngebakeun Pusaka di makam Cinunuk dilaksanakan oleh sebuah Yayasan yang merupakan ahli waris atau keturunan dari Pangeran Papak, namanya Yayasan Tunggul Binarum yang diketuai oleh Rd. Amar Muhammad Fakon sekaligus sebagai sesepuh makam Cinunuk.

Kegiatan pelaksanaan Upacara Tradisional Ngebakeun Pusaka, dilaksanakan pada bulan Maulud, tepatnya 2 hari setelah peringatan maulud Nabi Muhammad dilaksanakan. Selain melaksanakan Upacara Tradisional juga biasa dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat social  dan pentas seni sebagai hiburan kepada masyarakat setempat, seperti sunatan masal, pergelaran seni tradisional dan kegiatan lainnya.

Adapun rangkaian kegiatannya adalah sebagai berikut :

  1. Membersihkan lokasi makam, mulai dari Makam Pangeran Papak, makam keluarga maupun makam-makam yang ada di sekitar lokasi makam Pangeran Papak.
  2. Malam harinya biasa dilaksanakan acara terbangan (sholawatan)sebagai ungkapan rasa syukur kepada Alloh SWT, atas berkah dan Rahmat yang telah diberikan kepada Warga di lingkungan Desa Cinunuk.
  3. Pagi harinya dilaksanakan kegiatan pembagian santunan kepada anak-anak yang kurang mampu yang akan di khitan  yang dilanjutkan ziarah ke makam Pangeran Papak. Selanjutnya melaksanakan Parade (Pawai Delman) mengelilingi Desa Cinunuk yang dilanjutkan dengan pergelaran seni Boboyongan yang merupakan seni tradisional khas Desa Cinunuk sampai sore hari.
  4. Sedangkan untuk malam harinya ada ziarah ke Makam Pangeran papak khusus untuk warga masyarakat dari berbagai pelosok, yang kemudian dilanjutkan dengan pencucian pusaka utama (keris) yang ada di lokasi Serang (Rumah Kasepuhan bapak Amar Muhammad pangkon) setelah diberi du’a, lalu keris tersebut direndam pada sebuah baskom, dan air cucian pusaka tersebut dibagikan kepada warga masyarakat untuk diminum dan dibasuhkan ke muka untuk mengharap berkah dan karomah dari keris pusaka dimaksud.
  5. Pagi hari dilaksanakan Khitanan Masal yang dihibur dengan pentas kesenian-kesenian dari masyarakat setempat. Malam hari  diadakan pengajian Pengajian dengan mendatangkan ustad yang sudah ternama.
  6. Sebagai penutup rangkaian Upacara Tradisional adalah hiburan bagi masyarakat yang dilaksanakan pada pagi hari sampai sore hari.