SEJARAH SITUS CIGEDUG
Sejarah adanya situs Cigedug barawal dari adanya seorang tokoh bernama Ama, yang oleh masyarakat sekitar di kenal sebagai Batu wangi, tidak ada yang tahu dari mana asalnya beliau, kapan dan bagai mana asal nya beliau. Ama adalah seorang yang sangat sakti, bukti nya ketika beliau ingin memberi uang kepada anak-anak beliau meraba dedaunan, maka dedaunan itu menjadi uang, beliau tidak suka yang namanya uang, tapi beliau suka terhadap anak-anak. Kemudian beliau mempunyai keturunan yaitu Eyang Jangkung yang masih berada di daerah Cigedug (kandang sapi)
Eyang Jangkung sangat terkenal dengan tinggi badan nya yang pada waktu itu tidak ada satu pun orang bisa mengukur tinggi badannya, Ama yang di percayai keturunan Batu Wangi menurunkan segala kesaktian nya kepada Eyang Jangkung.
keturunan Eyang jangkung berlanjut kepada Eyang Mad Hasik, beliau adalah seorang tokoh yang mempunyai bakat bakat seni dan budaya yang di turunkan Eyang Jangkung. Beliau mempunyai istri yang bernama Ma Apah dari keturunan Aki Hasan yang bisa membuat kerajinan.
Eyang Mad Hasik mengembangkan seni dengan Aki Sanin yang merupakan kaka ipar nya sendiri, bersama Aki Sanin Eyang Mad Hasik membuat berbagai jenis alat musik tradisional seperti : Terbangan (kempring, tempas, anak, indung, bangsing), kendang, dog-dog, dan alat musik lainnya.
Eyang Mad Hasik terkenal sebagai orang yang keras, ketika beliau marah pun bisa sampai memotong telinga orang yang beliau marahi, tapi bilau juga seketika mengobati orang itu.
Pada masa penjajahan Belanda pun Kesenian dan Kebudayaan leluhur sangan di jungjung tinggi oleh beliau, pda masa itu seni terbangan sangat di gemari oleh masyarakat Cigedug Terbangan pun di yakini sebagai penyelamat dari kekejaman penjajahan Belanda, buktinya ketika masyarakat Cigedug memainkan Terbangan penjajah Belanda bukan nya memberontak tapi malah ikut bersenang-senang dengan tokoh masyarakat Cigedug.Selain Terbangan ada juga kesenian yang paling di gemari di daerah Cigedug yaitu Wawacan, dan Beluk, yang di mainkan setelah terbangan, batas waktu pada masa itu Terbangan dari ba’da isya sampai tengah malam, di teruskan Wawacan dan Beluk hingga pagi hari.
Eyang Mad Hasik mempunyai 5 (lima) orang anak yang ada, tapi semua keahlian dan kegemaran pada seni dan budaya di turunkan kepada putra bungsunya yang bernama Abah Amas, belum genap Bah Amas dewasa Eyang Mad Hasik wafat.Maka yang banyak mendidik Bah Amas dalam hal seni budaya adalah Aki Sanin yang menjadi pelopor seni di daerah Cigedug setelah Eyang Mad Hasik wafat. Bah Amas sangat menekuni apapun yang di ajarkan oleh Aki Sanin, bahkan ketika aki Sanin wafat pun semua Bakat seninya di turunkan kepada Abah Amas.
Abah Amas adalah salah seorang tokoh seni di Kecamatan Cigedug. Beliau mempunyai istri yang dulunya keturunan Demak yang bernama Ma Mae, Ma Mae dan Bah Amas mempunyai Hobby (kegemaran) yang sama mengenai seni budaya, mereka berdua sangat menjungjung tinggi akan pelestarian dan pengembangan seni budaya di Kecamatan Cigedug.Keturunan MaMae menurut masyarakat setempat disebut keturunan Biru, mungkin karena Ma Mae adalah salah seorang keturunan ningrat dari Demak.
Kegemaran akan seni budaya Bah Amas dan Ma Mae adalah didapat dari pupuhu perilmuan Kasepuhan yang berpusat di cirebon. Bah Amas mempelajari ilmu Kasepuhan yang dari Mama Haji, diturunkan ke Mama Enye, Mad Enoh, Eyang Usman dan Bah Amas.
Hampir setiap hari di rumah Bah Amas banyak sekali orang tua (tokoh Cigedug) bekumpul, selain untuk belajar seni juga banyak yang belajar ilmu kepada Bah Amas. Atas kesibukan nya menghadapi tamu-tamu yang datang Bah Amas tidak ada cukup waktu untuk mengajarkan seni Wawacan dan Beluk kepada keturunannya sekarang, sejak tahun 1971 Bah Amas sudah membeikan ilmu mengenai seni budaya kepada masyarakat di sekitar Kecamatan Cigedug.
Dari tahun 1988 Bah Amas di anugrahkan oleh pupuhu perilmuan Cirebon untuk melakukan kegiatan Upacara Tradisional setiap bulan Mualud dan Muharam.Diantaranya upacara menyuci pusaka pusaka yang dari keturunan terdahulu, dan berbagai. Pusaka – pusaka tersebut bukan hanya milik Bah Amas, tetapi ada yang dipunyai oleh sesepuh dan masyarakat Cigedug yang secara sukarela memberikan atau menitipkan kepada Bah Amas untuk diikutsertakan dalam pelaksanaan Upacara Tradisional dimaksud.
Kegiatan Upacara Tradisional dimaksud masih secara rutin dilaksanakan hingga sekarang. Setelah Bah Amas wafat pada tahun 2014 ini, kegiatan Upacara Tradisional diteruskan oleh Bapak Yaya sebagai generasi penerusnya.
Adapun Sesepuh Cigedug yang melaksanakan Tadisi Upacara gumbah Pusaka diantaranya : Sesepuh pertama yang belum diketahui identitasnya, Sesepuh turunan ke 2 yaitu (Alm) Uyut Mama H. Hamali, Sesepuh turunan ke 3 yaitu (Alm) Eyang Mad Hasiq, Sesepuh generasi ke 4 yaitu (Alm) Abah Amas. Dan sebagai penerus selanjutnya adalah Bapak Yaya sebagai Generasi penerus yang ke 5.
Berikut kegiatan kegiatan setiap bulan dan syarat-syarat yang harus ada dalam kegiatan tersebut, diantaranya :
KEGIATAN SETIAP BULAN
- Bulan Muharam
- Tanggal 1 disebut Ahir Tahun dan Awal Tahun, persyaratan yang harus dipersiapkan :
- Rujak cangkaleng
- Jukut palias
- Uyah nahun (yang di simpan bertahun tahun)
- Bawang beureum
- Bawang bodas
- Lele
- Sangu wuduk
- Papatong 7 ekor (untuk di sebar di berbagai daerah)
-
- Tanggal 10 di sebut Bubur Suro, persyarat yang harus dipersiapkan :
- Gula nahun
- Bubur
- Kacang kadele
- Jeruk gede (jeruk bali)
- Dalima
- Tumpeng
- Daun cau mas
- Sapu nyere kalapa
- Sulangkar
- Pacing
- Rujak biasa (rujak kelapa, roti, air putih, dan
kopi)
- Lawon 4 rupa (putih, kuning, hitam,
merah) untuk nyawen di daerah.
-
- Tanggal 27 di sebut Di Anggir Mandi, persyaratan yang arus dipersiapkan :
- Sapu ketan hideng di duruk lebuna di anggo angir
- Gula batu.
2. Bulan Safar
Tanggal 10 di sebut Ngabobot atau Kiparat syarat yang harus ada :
- Hayam camani atau hayam beureum
- Cangkaruk sapar (tumpeng)
- Puncak Manik
- Ruas awi tali nenggang
- Rujak biasa
- Dodol 4 rupa (terbuat dari ketan)
- Cau ambon
- Cau mangala
- Ketan hideng jeng bodas di sangu
- Dupi, bongko, hui, sampeu
- Kembang 7 warna
- Cai sirah Cigedug
- Rujak warna 7 (dari buah buahan)
Tanggal 27 disebut Rebo Kasan syarat yang harus ada :
- Longsong, dupi, jeung cai isim
3. Bulan Mulud dan Silih Mulud
Tanggal 14 di sebut syukuran pribumi syarat yang harus ada :
- Buah-buahan 40 rupa
- Beubeutian 40 rupa
- Hahampangan
- Lauk, daging
- Cai ti 4 madhab sareung ti sunan sunan
4. Bulan Jumadi Awal dan Bulan Jumadi ahir
Tanggal di ahir bulan jumadi awal dan malam awal bulan jumadil ahir disebut Kasalametan nagara jeung tempat syarat yang harus ada :
- Awi bitung
- Kaso beureum nenggang
- Kadu
- Cabe bungbulang
- Jambe ngora
- Sayang engan
- Jukut palias
- Bawang beureum
- Bawang bodas
- Duwegan
- Jeruk nipis
- Lisah
- Cabe beureum
- Harupat kawung geulis
- Kaen beureum bodas
- Rujak biasa
- Dupi, bongko
- Dodol 4 rupi
- Puncak manik
- Isim badud
- Cai 7 sumur 4 madhab
- Sapu panyaraan (pare)
- Lebu 4 madhab
- Haur koneng
- Taneuh tiap tempat
- Taneuh tela (biye jeng bodas)
- Kitri
- Cai laut
- Kesik laut
- Karang
- Sapatu kuda
5. Bulan Rajab
Tanggal 27 di sebut Naekeun syarat yang harus ada :
- Hayam bodas
- Sangu tumpeng
- Rujak biasa
- Dodol
- Hahampangan
- Beubeutian
- Bungbuahan
- Duwegan
6. Bulan Ruwah
Tanggal 15 di sebut Nispu Sya’ban syarat yang harus ada :
- Hayam borontok
- Sangu beureum
- Cai beas beureum
- Endog soang
- Cai 7 liang
- Kembang 7 rupa
- Tumpeng
- Rujak biasa
- Dodol
7. bulan Puasa
Tanggal 17 disebut Nuzulur Qur’an syarat yang harus ada :
- Haur koneng
- Jukut palias
- Awi tali nenggang
- Kain Merah
- Kain Putih
- Tebu Kuning
- Nasi Jagung
- Rujak gandrung
- Rujak 7 warna
- Telur Asin
- Ayam kuning
- Cerutu
- Ikan beureum
Tanggal 30 malam takbiran di sebut Nyirepkeun syarat yang harus ada :
- Rujak biasa
- Baju yang akan dipakai pada hari Raya Idul Fitri
8. Syawal
Tanggal nya bebas selama bulan Syawal di sebut Halal Bihalal syarat nya pun bebas (seadannya/sa aya-aya)
9. Bulan Hapit
Dilaksanakan setiap malam Jum’at Kliwon di sebut Kaliwonan syarat yang harus ada :
- Jarum 3 buah
Jarum ke 1 : Bawang Merah, Bawang Cabai Merah, disimpan di pintu berikut sareng lebah.
Jarum ke 2 : Bawang Merah, Bawang Putih dan Cabai Merah.
Jarum ka 3 : butiran nasi merah (remeh), butiran nasi putih, butiran nasi hitam dan dibuang dijalan melingkar (perempatan jalan).
Di buat sekitar pukul 04.00 WIB, sambil menghadap ke 4 (empat) madhab (Utara, Barat, Selatan dan Timur)
10. Bulan Rayagung
Tanggal 10 dilaksanakan kegiatan Syukuran Haji, persyaratan yang harus dipersiapkan adalah :
- Ikan
- Umbi umbian (Beubeutian) 40 jenis
- Buah buahan (Bubuahan) 40 jenis
- Ayam Putih (Hayam bodas)
- Pucuk Cau emas
- Kembang Panjak (jaksi)
- Rujak 7 jenis
- Kain Putih (Lawon bodas)
- Kolang kaling (Cangkaleng)
- Kulit teureup
- Air Nira (Lahang)
- Air dari dari arah Timur (Cai ti belah wetan)
- Cau ambon
- Kepala Muda (Duwegan)
- Rujak biasa
- Dodol
- Ketan bodas dan parudan kalapa dijadikan nasi
- Surutu
- Gula suuk anu segi tiga
- Boeh larang
- Seupaheun
- Ududeun/Rokok (bako jeung dun kawung)
- Jambe ngora
- Minyak wangi (Japaron)
- Kanteh (benang 7 rupa)
Itulah berbagai kegiatan setiap bulan nya ada pun cegahan atau larangan di Situs Cigedug ini adalah :
- Tidak boleh memakan kepala ayam
- Tidak boleh memakan, memelihara kambing hutan (mencek), burung merak, dan juga burung tikukur.
Adapun pusaka pusaka di situs Cigedug sebagian masih belum di ketahui nama dan dari mana asalnya.