Artikel Blog

UPACARA  ZIARAH MAKAM KAROMAH  DI KAMPUNG DUKUH

Kampung Dukuh merupakan salah satu perkampungan tradisional atau Kampung Adat yang masih menganut kepercayaan nenek moyangnya (leluhurnya). Masyarakatnya masih mematuhi Kasauran Karuhun (Tabu/Nasihat leluhur/Karuhun).

Luas kampung Dukuh kurang lebih 10 Ha, terdiri atas 3 (tiga) bagian, yaitu :

  1. Kampung Dukuh Dalam
  2. Kampung Dukuh Luar
  3. Makam Karomah

 

Dari 10 Ha tersebut dibagi menjadi  :

  1. 7 Ha bagian dari kampung Dukuh Luar
  2. 1 Ha bagian dari Kampung Dukuh Dalam termasuk wilayah Makam Karomah.
  3. 2 ha lagi merupakan lahan kosong atau lahan produksi.

 

Dalam kawasan Kampung Dukuh terdapat 42 rumah dan bangunan Mesjid, dengan 40 orang Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk secara keseluruhan berjumlah 172 jiwa.

Mata pencaharian penduduk Kampung Dukuh adalah bertani dan berternak hewan perliharaan seperti : ayam, bebek, kambing dan kerbau serta memelihara Ikan. Ada juga yang mempunyai usaha pada penggilingan padi.

Kampung Dukuh merupakan area pedesaan dengan pola budaya religi yang kuat. Masyarakat Kampung Dukuh mempunyai cara pandang hidup yang berlandas pada Sufisme dengan berpedoman pada Mazhab Imam Safii. Landasan budaya dimaksud sangat berpengaruh pada bentuk dan fisik pedesaan dan adat istiadatnya.

Kampung Dukuh sangat menjunjung keharmonisan dan keselarasan hidup bermasyarakat. Idealisme itu berpengaruh pada bentuk arsitektur bangunan di kampung Dukuh yang tidak membolehkan penggunaan dinding dari tembok dan atap dari genteng serta jendela dari kaca. Hal ini dilandasi alasan bahwa hal yang bersifat kemewahan akan mengakibatkan suatu sistem masyarakat  menjadi  tidak harmonis.

Keunikannya adalah keseragaman struktur dan bentuk arsitektur bangunan pemukiman masyarakat,terdiri beberapa puluh rumah yang tersusun pada kemiringan tanah yang bertingkat. Setiap tingkatan terdapat sederetan rumah yang membujur dari Barat ke timur.

Di Kampung Dukuh juga tidak diperkenankan adanya prasarana listrik dan pemasangan televise serta radio yang dipercaya selain mendatangkan manfaat yang banyak juga mendatangkan kemudaratan yang tinggi juga. Alat makan yang digunakan juga terbuat dari pepohonan seperti khalayaknya bangunan, seperti bambu batok kelapa dan kayu lainnya. Material tersebut dipercaya lebih memberikan manfaat ekonomis dan kesehatan karena bahan tersebut tidak mudah hancur-pecah dan dapat menyerap kotoran.

Ziarah ke makam karomah dilaksanakan pada setiap hari Sabtu. Tamu yang datang mempunyai maksud berziarah, datang ke Dukuh di hari Jum’at atau hari sebelumnya. Untuk tamu yang datang di hari-hari sebelum Sabtu; seperti hari Rabu, Kamis, atau Jum’at harus menunggu sampai hari Sabtu, terutama tamu yang jauh atau yang dari luar propinsi Jawa Barat. Sedangkan tamu-tamu yang dekat kadang-kadang datangnya Sabtu pagi pada waktu ziarah. Sedatangnya ke Kampung Dukuh tamu langsung ke rumah Kuncen untuk menceritakan maksud kedatannganya, selebihnya tamu ada yang menginap dirumah Kuncen, tapi kadang-kadang ada juga yang dirumah masyarakat terdekat sebab di rumah Kuncen tidak tertampung.

Semua tamu yang datang ke Kuncen disuguhi makan sebab merupakan kewajiban Kuncen. Di waktu malam tamu-tamu yang ada di rumah Kuncen diberikan penjelasan asal muasal makam Karomah, Kampung Dukuh, serta adat istiadat yang ada di Kampung Dukuh, lalu diteruskan dengan membaca salawat.

          Pada Sabtu pagi, semua yang mau ziarah berkumpul di rumah Kuncen terutama tamu yang datang dari luar yang mau melaksanakan ziarah, yang tidak tertampung di rumah Kuncen menunggu di halaman rumah Kuncen sambil mendengarkan penjelasan-penjelasan dari Kuncen. Pada waktu itu Kuncen memberikan penjelasan dalam hal melaksanakan ziarah, seterusnya semua yang mau ziarah disuguhi makan terlebih dahulu.

Sesudah jamuan makan semua tamu berangkat menuju Pancuran Suci untuk melaksanakan mandi besar yang dipimpin oleh wakil Kuncen.Tempat mandi besar dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Sesudah mandi besar memakai pakaian yang disyaratkan untuk ziarah yaitu :

  1. Laki-laki memakai :
  • Baju Takwa hitam (polos)
  • Sarung polos (bukan batik)
  • Tidak memakai celana dalam


b.Perempuan memakai :

  • Kebaya polos
  • Sarung polos (bukan polos)
  • Kerudung polos

 Semuanya tidak boleh memakai perhiasan atau membawa barang-barang elektronik.

Sesudah selesai mandi besar, kurang lebih jam 10.00 WIB semua yang akan melaksanakan ziarah menunggu diluar pagar makam, dan ditanya oleh wakil Kuncen, siapa yang mau ziarah langsung, siapa yang mau membantu memperbaiki, sebab dalam rombongan ziarah ini ada dua kelompok, pertama ada yang mau ziarah langsung, kelompok kedua yang mau ikut bersih-bersih, membersihkan lingkungan makam juga memperbaiki pagar-pagar makam.

Ziarah didahului dengan dipimpin langsung oleh Kuncen, seterusnya masuk kedaerah makam Kuncen. Berdo’a dahulu yang diaminkan oleh semua peziarah. Sesudah selesai berdo’a, baru melangkahkan kakinya ke dalam pagar makam dengan dibarengi oleh semua peziarah. Didalam tahap pertama rombongan dipisahkan, pertama yang mau membantu oleh wakil Kuncen diberi tugas :

  • Ada yang diberi tugas mengambil bambu untuk memperbaiki pagar makam
  • Ada yang diberi tugas menyapu membersihkan makam
  • Ada yang diberi tugas memperbaiki saluran air yang ada di dalam makam
  • Ada yang diberi tugas memperbaiki pagar

 

Rombongan yang mau ziarah langsung dipimpin oleh Kuncen buat melaksanakan pelaksanaan ziarah, yaitu :

Pada tahap pertama  :

semua yang ziarah dipersilahkan duduk (jongkok) diatas batu, lalu Kuncen memimpin do’a. Sesudah beres do’a rombongan ziarah mulai ke tahap kedua.

Dalam tahap kedua :

sama dengan tahap pertama, rombongan duduk kembali, Kuncen memimin do’a, sesudah beres do’a rombongan maju ketahap ketiga, begitu selanjutnya sampai ketahap kelima.

Dari tahap kelima :

Rombongan maju lagi langsung ke Makam Syekh H. Abdul Jalil.

Di Makam Syekh H. Abdul Jalil, disini Kuncen berdoaa cukup lama, membacakan do’a-do’a khusus para wali, terutama wali yang ada di Makam Kampung Dukuh yaitu KH. Syekh H. Abdul Jalil. Sesudah beres berdo’a di Makam Syekh H. Abdul Jalil, diteruskan berdo’a di Makam Eyang Hasan dan Husein, dengan diteruskan berdo’a di Makam-makam lainnya, yaitu makam- makam Kuncen dan makam-makamsesepuh Dukuh.

Sesudah beres ziarah, rombongan pulang dari Makam, tapi terkadang ada sebagian peziarah yang tidak pulang bersama sebab masih ada maksud berdo’a khusus masing-masing peziarah. Sesudah beres ziarah semuanya keluar dari makam dan pulang lagi ke rumah Kuncen. Di rumah Kuncen disediakan air dan makanan. Para tamu beristirahat sambil menikmati makanan kecil seadanya.

Pola Budaya juga berpengaruh pada aspek non fisik seperti ritual budaya, antara lain :

  1. Ngahaturanan tuang, merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat Kampung Dukuh atau pengunjung yang berasal dari luar yang mempunyai keinginan tertentu, seperti : kelancaran dalam usaha, perkawinan, jodoh atau yang lainya dengan memberikan bahan makanan seperti garam, kelapa, telur ayam, kambing atau yang lainnya sesuai kemampuan.
  2. Nyanggakeun, merupakan suatu kegiatan penyerahan sebagian hasil pertanian kepada kuncen untuk diberkahi. Masyarakat tidak diperbolehkan memakan hasil panennya sebelum melaksanakan kegiatan yanggakeun.
  3. Tilu waktos yang merupakan kegiatan ritual yang dilakukan oleh kuncen yaitu dengan membawa makanan ke dalam bumi alit atau bumi lebet untuk tawasul. Kuncen membawa sebagian makanan ke bumi alit untuk berdo’a. Tilu waktus itu ialah : 10 Rayagung, 12 Maulud dan 10 Muharam.
  4. Maneja adalah penyerahan bahan makanan dan hasil bumi kepada Kuncen untuk diberkati pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
  5. Moros, merupakan kebiasaan untuk menyerahkan hasil bumi yang dimiliki yang diserahkan kepada para pemimpin di wilayah atau aparat pemerintahan seperti  Camat, Kades .
  6. Cebor Opat Puluh adalah mandi dengan empat puluh kali siraman dengan air dari pencuran yang dicampur dengan air khusus yang telah diberi do’a-do’a di jamban umum.
  7. Jaroh merupakan suatu aktivitas  berziarah ke makam Syekh Abdul jalil. Tetapi sebelumnya harus melakukan mandi cebor empat puluh dan mengambil air wudlu serta menanggalkan semua perhiasan serta menggunakan pakaian yang tidak bercorak.
  8. Sholawatan dilaksanakan pada jum’at di rumah kuncen. Sholawatan Kamilah berjumlah 4444 yang dihitung menggunakan batu.
  9. Sebelasan dilakukan setian tanggal 11 dalam perhitungan bulan Islam dengan  membaca Marekah.
  10. Terbang Gembrung merupakan bagian yang dilakukan pada tanggal 12 Maulud yang dilaksanakan oleh para orang tua.
  11. Terbang Sejak merupakan suatu pertunjukan pada saat perayaan  seperti khitanan dan pernikahan. Pertunjukan Terbang Sejak ini merupakan pertunjukan Debus.

 

Terdapat juga hari-hari penting dan hari besar Kampung Dukuh, seperti : 10 Muharam, 12 Maulud, 27 Rajab, 1 Syawal, 1 Syawal Idul Fitri, 10 Rayagung. Sedangkan hari-hari penting di kampung Dukuh sebagai berikut ; hari sabtu : pelaksanaan ziarah, hari Rebo welasan : Hari terakhir pada bulan Sapar dimana semua sumber air yang digunakan oleh masyarakat diberi jimat sebagai penolak baladan, biasanya diwajibkan mandi, 14 Maulud : Pada hari ini dipercaya adalah hari yang paling baik untuk menguji dan mencari ilmu kepada para guru dengan melakukan cebor opat puluh, 30 Bewah : menyiapkan puasa di bulan Ramadhan.

Kampung Dukuh termasuk dalam kawasan Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet. Jarak kampung Dukuh dari Desa Ciroyom kurang lebih 1,5 Km, sedangkan dari pusat Kota kurang lebih 101 Km. Untuk mencapai lokasi sekarang ini bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau pun  4 karena kondisi jalan sudah lebih baik.